HARIAN UMMAT ■ Tanpa terasa dan begitu cepat waktu berlalu, Ramadhan telah memasuki 10 hari terakhir. Hari-hari tersisa yang menjadi puncak bulan penuh rahmat, maghfiroh, dan ampunan yang didalamnya terdapat lailatul qodar (malam penetapan Allah Subhanahuwata’ala (SWT)).
Untuk menuju 10 hari terakhir untuk mengejar target mendapat Lailatul Qodar (malam seribu bulan) tentunya sudah dipersiapan sejak awal Ramadhan 10 hari pertama dan 10 hari kedua. Ibadah rutin siangnya berpuasa, malamnya shalat tarawih, dan juga diisi dengan tilawah Al-Quran dan serta amal sholih lainnya.
Ketika memasuki 10 hari terakhir, peningkatan ibadah dan amal sholih lebih seharusnya lebih semangat lagi dibandingkan 10 hari pertama, dan 10 hari kedua. Artinya, ritual ibadah yang dilakukan tidak ada lagi yang bermalas-malasan shalat, tilawah Al-quran, dan juga amal sholih lainnya.
Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW) ketika memasuki 10 hari terakhir, mengencangkan ikat pinggang (tidak bermalas-malasan), menghidupkan malam-malam dengan shalat dan ibadah, dan juga membangunkan anggota keluarganya pada malam hari.
Pada 10 hari pertama dan kedua, dari Aisyah Rodhiyallahuanha istri Nabi SAW mengatakan, beliau SAW shalat malam dan beribadah hingga waktu menjelang Subuh. Sedangkan memasuki 10 hari terakhir, dari Abudzar Rodhiyallahuanhu (ra) mengatakan,
“Aku selalu menyaksikan bahwasannya Rasulullah SAW bangun (untuk beribadah) pada malam (ganjil) 23, 25, dan 27, serta khususnya pada malam 29.”
Keistimewaan 10 hari terakhir terutama pada malam-malam ganjil berharap lailatul qodar turun, Rasul SAW menjauhkan diri dari tempat tidur dan istrinya, dan fokus shalat dan beribadah lainnya. Beliau SAW i’tikaf (berdiam diri) di malam-malam terakhir Ramadhan.
Dari Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapapun yang berpuasa dan mengerjakan shalat malam pada Bulan Ramadhan, karena iman dan mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” (HR. Bukhori, Muslim).
Ibadah dalam Bulan Ramadhan tidak terdapat pada bulan-bulan di luar Ramadhan. Bulan Ramadhan terdapat puasa wajib, shalat tarawih, amal sholih yang berlipat ganda, dan malam-malam terakhir terdapat lailatul qodar, yang pahala kebaikan lebih baik dari 1.000 bulan atau 83 tahun.
Selain itu, Ramadhan ini juga menjadi khusus karena ibadah puasa hamba-Nya akan diganjar pahala yang Allah SWT sendiri menentukan. Sedangkan ibadah dan amal sholihnya dilipatgandakan 10 sampai 700 kali lipat kebaikan. Ibadah sunnah saja sama dengan ibadah wajib pada bulan di luar Ramadhan.
Dari Abu Hurairah ra, Rasul SAW bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Setiap kebaikan yang dikerjakan oleh manusia itu dilipatgandakan mulai 10 sampai 700 kali, kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Ia meninggalkan keinginan makan dan minum karena Aku....” (HR. Muslim).
Tinggal 10 hari lagi Ramadhan akan berpisah dengan kita. Tiada yang dapat mengetahui apakah kita akan berjumpa lagi pada Ramadhan tahun depan, sementara banyak anggota keluarga, tetangga, sahabat, kawan, dan jamaah kita yang telah mendahului kita, yang Ramadhan pada tahun ini tidak bersama lagi.
Untuk itu, jadikan 10 hari terakhir pada Ramadhan yang agung ini kesempatan terakhir dalam kehidupan kita untuk mendapatkan pengampunan dosa-dosa oleh SWT, dan juga mendapatkan ladang pahala yang tidak terbatas.
Pada pengujung Ramadhan menjelang Idul Fitri 1 Syawal, kita menjadi orang terlahir kembali seperti bayi tanpa dosa dan mudah-mudahan akan menjadi orang bertakwa seperti dalam Surah Al-Baqarah ayat 183.
Satu hal terpenting dalam Bulan Ramadhan ini, yakni bagi orang yang berpuasa itu memiliki kebahagiaan yang tiada terbatas, yaitu kegembiraan sewaktu berbuka puasa dan bertemu langsung dengan Allah SWT pada hari kiamat. Allahua’lam bishawab. (Mursalin Yasland)