Oleh : Nashrullah Jumadi
Kerusakan sebuah bangsa letaknya bukan hanya pada rakyat jelata, tapi kerusakan bangsa lebih banyak diakibatkan karena prilaku sang pemimpin. Pemimpin yang rusak berakibat yang sangat parah terhadap kelangsungan hidup rakyatnya dan kerusakan ini seringkali diakibatkan karena kehilangan tujuan dan orientasi.
Mungkin pada awalnya tujuan dan orientasinya dulu semata-mata mengharap ridlo Allah swt, dan memakmurkan ummat tanpa kepentingan. Tapi lambat namun pasti tujuan dan orientasi itu pun hilang berganti menjadi tujuan dan orientasi dunia.
Jujur kita akui menjadi pemimpin ummat tidak semua orang mampu menjalani dengan baik, termasuk dalam hal ini menjadi seorang takmir masjid, sebab menjadi takmir masjid adalah pemimpin ummat sesungguhnya dan wakil Allah untuk mengelola Baitullah agar mampu memberikan kesejahteraan dan manfaat untuk ummat. Sehingga takmir masjid memiliki tanggungjawab yang besar dihadapan Allah atas pengelolaan masjid dan masyarakat sekitar masjid yang pimpinnya dan suatu saat nanti akan dimintai pertanggungjawaban.
Maka, benar kata orang bahwa hari ini tidak ada aktivitas yang paling mulia dilakukan oleh seorang muslim kecuali apa yang telah dilakukan oleh para takmir masjid kita hari ini. Maka amat pantas jika kita perlu “iri yang baik” terhadap takmir masjid kita hari ini atas ketulusannya, kesungguhan dan pengorbanannya dalam mengelola masjid.
Luar biasa menjadi takmir masjid saat ini, bayangkan saja setiap hari dan setiap waktu dirinya senantiasa di sibukkan dengan urusan mengelola masjid dan masyarakat lingkungan masjidnya. Terkadang tidak cukup hanya pikiran dan tenaga semata, bahkan harta siap dikorbankan.
Akan tetapi kemuliaan itu akan menjadi sirna dan peluang mendapatkan amal jariyah untuk bekal akhiratpun akan lenyap, manakala menjad takmir masjid tak mampu menyandarkan seluruh aktivitasnya pada KEIKHLASAN AMAL.
Sering kita jumpai ditengah masyarakat Kelkhlasan amal menjadi takmir masjid sirna karena banyaknya kepentingan dunia yang menyelimutinya, baik ingin dipandang sebagai tokoh masyarakat, punya kepentingan terselelubung terhadap masjidnya, punya agenda politik yang tersebunyi bahkan ada pula yang secara tak sadar telah menjadi penguasa masjid. Naudzublahi min dzalik
Akhirnya masyarakat tidak mendapatkan kesejahteraan dari masjidnya walaupun kas masjidnya melimpah dan terongok dibendahara saja, masyarakat tidak mendapatkan ilmu yang lurus karena banyaknya ustadz yang dilarang ngisi di masjid, Pengurus masjid suka main larang terhadap aktivitas ummat islam yang berbeda pemahanan, Ustadz/ah TPA/TPQ tak pernah terperhatikan dengan baik, bertahun-tahun menjadi takmir masjid dan tak tergantikan serta masih banyak lainnya.
Ironis memang, jika menjadi takmir masjid terlalu banyak kepentingan dunia, akhirnya ummatpun yang dikorbankan. Mari sudah saatnya kita berbenah, luruskan niat dan perbaiki ummat tanpa punya kepentingan, kecuali mengharap ridlo Allah Swt. Wallahu ‘alam bishowab
Luar biasa menjadi takmir masjid saat ini, bayangkan saja setiap hari dan setiap waktu dirinya senantiasa di sibukkan dengan urusan mengelola masjid dan masyarakat lingkungan masjidnya. Terkadang tidak cukup hanya pikiran dan tenaga semata, bahkan harta siap dikorbankan.
Akan tetapi kemuliaan itu akan menjadi sirna dan peluang mendapatkan amal jariyah untuk bekal akhiratpun akan lenyap, manakala menjad takmir masjid tak mampu menyandarkan seluruh aktivitasnya pada KEIKHLASAN AMAL.
Ironis memang, jika menjadi takmir masjid terlalu banyak kepentingan dunia, akhirnya ummatpun yang dikorbankan.
*** Penulih adalah Penulis buku : “5 Langkah Mudah Membentuk & Mengoptimalkan Baitul Maal Masjid (Tidak Pakai Lama) & ( Tidak Pakai Sulit) / Founder SEKOLAH MEMAKMURKAN MASJID (SMM) (0823 2474 5151)